
Sepertinya sudah menjadi tradisi tahunan ketika kawan-kawan seperjuangan yang bertugas di daerah terpencil pulang ke Manado maka kami akan melakukan pertemuan singkat entah sehari atau beberapa hari setelah mereka tiba di Manado.
Tahun ini agak berbeda karena kondisi pandemi, maka pertemuan kami dilakukan sehari sebelum keberangkatan mereka kembali ke tempat tugas. Padahal sudah sebulan lebih mereka di sini sejak libur natal.
Tapi ya, untuk menjaga agar protokol kesehatan tetap dilaksanakan akhirnya kami memilih untuk menahan diri, meskipun puji Tuhan kami semua dalam keadaan sehat 🙏

Seperti tahun-tahun sebelumnya, tradisi pertemuan para pejuang pendidikan di daerah terpencil ini di awali dari sebuah tempat yang tidak terlalu jauh dengan dunia kami yakni toko buku! Selalu ada hal yang dapat didiskusikan mengenai pendidikan!
meskipun genre buku yang kami beli tidak ada yang langsung berkaitan dengan ilmu pendidikan 😆😆😆 saya kira itu bukanlah menjadi soal, karena memang bagi kawan kawan ini, berada di sebuah toko buku adalah harta yang susah dicari di tempat tugas mereka.

Wajarlah kalau sekali-kali mereka mencari hiburan sedikit dan melirik koleksi buku bergenre sastra dan self improvement. Toh mereka juga berada di kota karena ingin menghilangkan sejenak penat dan stres akan tuntutan pekerjaan yang berat di daerah terpencil.
Meskipun begitu, diskusi kami tetaplah berhubungan dengan suka duka menjadi guru, saya meresap semua keluh kesah mereka, apalagi bagi kawan kami yang sudah berkeluarga. Pengalaman terpisah dari istri dan anak yang masih berusia 1 tahun tentu membutuhkan banyak pengorbanan.
Wahhh meninggalkan anak sendiri dan jauh-jauh mengajar anak orang lain 😊 luar biasa sekali; saya memang tidak ragu dengan komitmen kawan-kawan mengenai tugas dan tanggung jawab sebagai abdi negara.
Saya kembali memikirkan diskusi saya dengan salah satu kawan yang kali ini belum sempat bergabung bersama kami, dia pernah berkata “pernahkah kamu mendengar ada pelatihan atau apalah seminar yang fokus pada guru sebagai manusia? ”
saya merenung, sepertinya jarang atau bahkan tidak ada 😕 selama ini segala macam pelatihan guru hanya difokuskan pada melatih kemampuan hard skill guru untuk tujuan pengembangan pembelajaran siswa seperti urusan administrasi kelas dan administrasi pembelajaran
Ujung-ujungnya guru hanya menjadi guru administrasi dan terkesan dipaksakan untuk mendidik dengan hati. Dari cerita kawan saya tentang sulitnya guru terpencil dalam menata kelola ekonomi keluarga, hubungan psikologis dengan keluarga yang jauh serta rusaknya hubungan antar manusia yang sedang jatuh cinta tiba-tiba kandas karena tidak adanya komunikasi dan segala macam masalah terpencil lainnya seperti urusan birokrasi yang punglinya juga bukan main membuat saya berpikir bahwa memang benar guru adalah manusia biasa yang terjebak dalam status pahlawan pembangun insan cendekia
Saya kira hal yang sama juga terjadi dengan guru-guru yang ada di kota meski mungkin kelihatannya masih lebih baik dari pedalaman. Lengkapnya fasilitas juga belum tentu berdampak pada kinerja; bukan karena tidak profesional tapi sering karena masalah ekonomi dan tingkat stres yang luar biasa dalam mengurus masalah administrasi dan pembelajaran.
Walah malah panjang ceritanya 😆 padahal sebenarnya saya hanya mau menulis tentang kesegaran mojito lyche yang akhirnya dapat saya nikmati lagi setelah beberapa bulan pandemi 😆 sambil bertukar pengalaman tentang keseruan dan lucunya menjadi guru yang statusnya sudah menikah maupun yang masih setia dengan idelogi jomblonya hehehe intinya guru juga manusia penuh rasa rasa sapiens yang kadang ambyar karena cidro dan loro
Hari ini adalah hari raya Saraswati bagi umat Hindu, hari mereka merayakan turunnya ilmu pengetahuan. Sepertinya tidak salah bagi kami berdiskusi tentang pendidikan namun kami juga merasa perlu untuk sedikit melontarkan humor-humor segar seputaran kegelisahan para guru yang menjadi pelaksana dan ujung tombak pendidikan apalagi di masa pandemi ini.
Nasib…. nasib, memang menjadi guru yang selalu dituntut sempurna padahal kami hanyalah manusia yang tempatnya salah dan lupa sering terjadi kami sering memotivasi anak-anak padahal kami sering sama sekali tidak mendapatkan motivasi dari siapa pun. Yah bagi yang sudah menikah syukur syukur kalau pasangan kalian mengerti, nah bagi yang jomblo ke mana lagi harus mengadu???? 😆😆😆
nah sebagai penutup saya mau kutip sepenggal humor receh dari sebuah buku humor karya Momo Yonas tentang seorang guru yang jengkel dengan kelakuan anak didiknya.
pada suatu pagi, pak guru menyuruh murid-muridnya mengisi formulir biodata siswa.
siswa : “pak, ini nama lengkapnya ditulis ya?”
pak guru : “ya, nak”.
siswa : “kalau tanggal lahir?”
pak guru: “ya, itu juga ditulis”.
siswa :”nama ayah?”
pak guru :”nama ayah juga ditulis dong”.
siswa :”em, kalau jenis kelamin?”
pak guru langsung menjawab dengan nada ketus: “digambar!”
*****

akhirnya diskusi receh antar sesama kawan seperjuangan ditutup dengan makan malam nasi goreng cakalang. terima kasih untuk pertemuan yang saling menguatkan dan setidaknya membuat beban sedikit ringan untuk siap dengan tugas dan tanggung jawab selanjutnya di sekolah masing-masing. selamat jalan semoga tiba di tempat tugas dengan selamat. sampai jumpa lagi.
Manado, 30 Januari 2021